Dalam dimensi waktu itu dapat menentukan jati diri kita, asalkan kita mampu menerjemahkan rahasia-rahasia yang Ia pinjamkan kepada kita.
Sebab apa yang kita buat menjadi deposito masa depan kita sendiri. Seperti nas Kitab Suci, barang siapa setia terhadap perkara-perkara kecil, kepadanya akan diberikan perkara yang lebih besar.
Itulah sekilas pandang yang dapat direkam dari segelintir ziarah panjang perjalanan Duta Besar (Dubes) Equador, Bolivia dan Peru, Yoseph Bertije Fernandez.
Seperti apa lika-liku kehidupannya hingga mendapat kepercayaan dari Presiden RI , Susilo Bambang Yudhoyono menjadi duta besar tiga negara. Bagaimana pula renik jenaka masa kecilnya?
Bagaimana bisa seorang penjual alpukat bisa lolos masuk bekerja di Delu dan kemudian diangkat jadi dubes? Berikut penggalan kisah pria asal yang direkam Pos Kupang dalam sharingnya kepada wartawan di Ruteng usai tatap muka dengan Muspida Manggarai, Jumat (19/2/2010)
Bagaimana kisahnya sampai Anda bisa menjadi Dubes di tiga negara?
Saya sendiri tidak tahu pasti bagaimana acuan yang dipakai Presiden SBY hingga mempercayakan saya sebagai duta besar di tiga Negara. Tetapi secara normatif membutuhkan suatu proses panjang. Dalamnya ada klasifikasi atau ukuran tertentu yang patut dipakai pimpinan negara untuk menentukan layak tidaknya seseorang menjadi duta negara.
Seeperti apa prosesnya?
Biasanya ada monitoring watak, perilaku, kinerja dan etika. Juga prestasi-prestasi tertentu yang menonjol yang kita miliki. Saya sendiri tidak mengetahui pasti apakah saya termasuk orang yang memenuhi semua kriteria itu. Hanya saja dalam institusi Departemen Luar Negeri (Deplu) ketika kita masuk menjadi pegawai, pada saat itu pula profil kita terdaftar dan dimonitor.
Kinerja kita sudah dipantau. Jika kemudian, misalnya, terpilih berarti sudah memenuhi segala kriteria dan ketentuan normatif.
Acuan yang dipakai untuk menilai seseorang itu layak menjadi dubes mulai saya ketahui setelah dilantik 20 Januari 2010 lalu.
Ternyata sejak saya masuk menjadi pegawai di Departemen Luar Negari tahun 1983, sejak saat itu pula saya dimonitor. Seluruh kinerja dan tugas-tugas yang saya kerjakan sudah dicatat dan diukur. Record dicatat dalam sebuah data base. Dan biasanya yang punya akses hanya Menlu, Sekjen dan Kepala Biro Kepegawaian. Namun lebih utama dari semuanya adalah record tertulis menyangkut kinerja. Biasanya pimpinan unit yang mengetahui secara detil. Apabila ada cacat sedikit pun kita tidak akan diakomodir.
Siapa saja yang boleh jadi dubes?
Kita lihat pengalaman dari dulu masa Presiden Sukarno ada dokter, pengusaha, politisi, swasta atau orang karier yang jadi duta besar. Jadi dubes bukan monopoli pihak tertentu. Namun akhir-akhir ini ada suatu sistem yang disebut fit and proper test di Komisi 1 DPR.
Saya tidak tahu apa yang dijadikan tolak ukur lebih dalam dari itu semua. Yang pasti saya bersama 22 rekan lainnya menjadi duta besar. Kebetulan saya merangkap duta besar di Peru , Bolivia dan Eguador.
Anda termasuk orang pertama NTT yang menjadi Dubes karena karir Anda. Tanggapan Anda?
Memang orang NTT sudah beberapa yang sudah pernah menduduki jabatan duta besar dengan latar belakang berbeda-beda. Sebut saja, Frans Seda, Adrianus Mooy, Ben Mari Say. Jadi dubes karena karir baru saya. Dengan itu bukan membuat saya bangga, tetapi lebih dari itu saya memakna sebagai bagian dari ziarah ibadah saya bersama keluarga.
Apakah peluang jadi dubes hanya segelintir orang saja?
Tidak. Semua orang punya kesempatan. Tinggal bagaimana mempunyai kinerja yang baik. Mungkin pertanyaannya, mengapa harus saya? Tetapi lebih jauh dari itu mungkin ini rahasia Tuhan memberi tugas kepada saya untuk menjalankan amanatNya di luar negeri.
Bagaimana perjalanan karir Anda di Deplu?
Saya diangkat dengan pangkat atase. Atase itu pangkat yang terendah dalam jabatan struktural Departemen Luar Negeri. Dengan pangkat terendah itu saya ditugaskan ke Italia-Vatikan. Anak-anak saya lahir di Roma. Saya cukup lama bertugas di Roma, termasuk mengurus kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Maumere tahun 1989.
Memang ada delapan tingkatan pangkat bagi pegawai dalam lingkup Deplu yakni, atase, sekretaris III, Sekretaris II, Sekretaris I, counselor, minister conseloer, minister dan dubes. Masing-masing tingkatan jabatan ini harus ditempuh empat tahun. Saya selalu ada percepatan kenaikan jenjang tersebut.
Apa saja tugas dubes?
Tugas duta besar tidak cukup kita sharing di sini. Yang jelas, ada beberapa hal-hal yang sangat prinsipil sesuai program pembangunan Kabinet Bersatu Jilid II. Program-program yang menjadi fokus adalah bidang ekonomi dan pengembangan, HAM, demokrasi, lingkungan hidup, sosial politik dan tugas-tugas lainnya. Juga menggali informasi, tukar pengalaman dan potensi, lobi-lobi politik dan melaporkan melalui suatu sistim laporan.
Apa saja prioritasnya?
Setiap duta besar membuat semacam mission paper. Mission paper itu sebenarnya kertas tugas seorang. Setiap dubes bisa menentukan prioritas sesuai arahan yang disampaikan oleh Presiden. Sebelum kita buat tentunya baca kebijakan nasional. Apa yang menjadi kepentingan negara itu yang kami laksanakan di setiap wilayah tugas. Kami menjembatani atau menfasilitasi kepentingan-kepentingan itu. Juga kepentingan politik berkaitan dengan perjuangan kepentingan NKRI dalam forum international.
Apa saja potensi tiga negara yang menjadi wilayah tugas Anda?
Saya melihat Peru unggul di bidang perikanan, pertanian dan pertambangan. Bolivia ada pertaninan, gas alam dan minyak. Namun masalah di Bolivia yang saya lihat bahwa tidak ada akses keluar mengekspor, kecuali melalui Brasil. Sementara Ekuador tergantung pendapatan negaranya. Ini keunggulan mereka. Jadi di luar politik kita berupaya mencoba apa yang bisa kita raih dari tiga negara itu untuk kepentingan nasional. Kepentingan nasional itu tidak harus Jakarta, bisa langsung ke kabupaten.
Bagaimana Indonesia di mata dunia?
Indonesia diakui sebagai negara muslim terbesar yang sangat moderat. Ini diakui seluruh dunia sebagai aset bangsa. Dunia internasional mengakui keunggulan kita ini. Aset ini sangat dibutuhkan oleh negara luar untuk menjembatani dunia bagaimana kita berdialog dengan dunia.
Apakah mudah menjadi duta besar?
Sebagai dubes tentunya dalam kapasitas tertentu mewakili Kepala Negara dan atau mewakili pribadi Presiden SBY. Melihat tugas itu sebenarnya sangat berat karena mewakili negara, bangsa dan presiden. Artinya dalam segala aspek tidak bisa asal-asalan dalam menjalankan tugas ini. Sekecil apa pun tingkah laku dan pernyataan kita harus mencerminkan kewibawaan bangsa kita. Karena itu mohon dukungan semua agar saya bisa menjalankan tugas ini dengan baik.
Bagaimana proteksi kepentingan warga kita di luar negeri?
Berapan pun warga Negara Indonesia di suatu negara harus kita lindungi. Apa pun persoalan yang dia alami harus dibela. Salah satu contohnya pada saat saya di Meksiko. Saya begitu kaget ternyata di Meksiko ada dua warga kita asal Sunda dan Cirebon yang sudah dijebloskan ke dalam penjara. Saya kaget karena sebelumnya tidak ada upaya yang dilakukan untuk memperjuangkan kepentingan dua saudara kita itu. Saya coba gali informasi dan melakukan lobi-lobi. Saya menghadap Menlu negara setempat minta memfasilitasi. Lobi yang dimaksudkan bukan mengintervensi proses hukum tetapi minimal ada penasihat hukum mendampingi dua warga kita itu dalam proses persidangan. Dari hasil penelusuran ditemukan celah hukum. Saya manfaatkan celah hukum itu.
Apa kasusnya?
Warga kita kan cukup banyak di Amerika yang bekerja di kapal pesiar. Pada saat mereka berlayar di suatu kesempatan bersandar di Kostra Rika. Dua warga kita ini pergi pesiar.
Mereka jalan-jalan sambil beli souvenir. Salah seorang kru kapal asal Jamaika juga belanja. Dia beli TV. Ternyata TV itu hanya tipuan saja. Memang modus penyelundupan kokain, ganja bisa macam-macam. Warga Jamaikan beli TV dan meminta kedua warga Indonesia untuk mengangkat TV tersebut. Keduanya tidak keberatan. Ternyata pada saat TV diangkut, mereka ditangkap.
Sebab dalam TV itu ada kokain 2 kg. Mereka kemudian dijebloskan ke pejara dengan tunduhan selundup kokain. Jadi proses hukum yang berlangsung menghukum keduanya hanya karena membantu mengangkat TV. Sementara pemilik TV tidak. Di sinilah celah hukumnya.
Kita manfaatkan celah hukum ini. Kita bangun komunikasi terutama membantu pembelaan di pengadilan. Kita ceritakan kepada penasihat hukum setempat untuk membela dua warga kita tadi. Semula mereka dihukum 17 tahun akhirnya hanya dua tahun jalani hukuman mereka dibebaskan. Tugas kita tidak sebatas di situ saja tetapi membantu mencari pekerjaan. Akhirnya keduanya bisa kerja kembali kerja di kapal pesiar.
Dengan posisi itu, apa sumbangan Anda untuk NTT?
Tentunya sebagai orang NTT saya tidak menutup mata. Saya selalu promosikan NTT. Seperti Komodo, Kelimutu dan potensi lainnya. Umumnya pertanyaan orang-orang luar negeri seputar perjalanan, fasilitas dan keselamatan selama mereka berada di NTT. Pertanyaan mereka rasional seputar bagaimana cara bisa sampai di NTT. Mereka tanya seputar pelayanan dan keselamatan mereka jika berada di NTT.
Saran untuk pemerintah NTT?
Kita perlu siapkan restoran yang baik, jalan yang baik. Restoran dan kamar mandi yang bersih. Tidak harus mewah tetapi bersih dan higienis. Motif penginapan dan restoran sesuai kearifan lokal, kekayaan budaya kita. Juga perlu siapkan fasilitas air, listrik, teleponnya dan internet. Kalau akses ini tidak ada, bisa mengurangi wisatawan.
Bagaimana peluang anak-anak NTT bisa bekerja di Deplu?
Kita selalu ada peluang. Saat ini sistim rekruitmen terbuka. Sekarang dari jurusan umum juga bisa. Yang dipertaruhkan adalah kualitas, kinerja dan profesionalisme. Tidak ada neko-neko. Semua bersih. Saat ini ada dua anak Manggarai yang menurut hemat saya cukup menjanjikan.
Apa makna bagi Anda terhadap tugas ini?
Ini cara Tuhan memberdayakan saya untuk mengabdi kepadaNya. Saya tidak pernah bayangkan jadi dubes. Semua berjalan begitu saja. Saya tidak pernah membayangkan anak seorang sopir, penjual advokat ini bisa jadi dubes tiga negara. Saya jalani kepercayaan ini dengan rasa tanggung jawab. (kamis lina bana)
Tetap Sederhana
PENAMPILANNYA sederhana. Jauh dari kesan mewah. Kesan ini semakin kuat menggambarkan perjalanan hidupnya. Ia tidak lupa asal usul. Tutur katanya santun dan terukur.
Pekrejaan ayahnya sebagai sopir dan penjahit turut menegaskan kesederhanaannya. Ibunya bekerja sebagai petani sawah di Cancar, di Laci, Wae Mese dan Cuma Nus. Juga ada kebun kelapa di Borong. Dari hasil kebun itulah orangtua membiayai sekolah mereka sembilan orang bersaudara. Semuanya mendapat pendidikan yang layak.
Juga mengikuti paman menjual barang souvenir purba kala. Caranya mendatangi rumah-rumah atau toko-toko yang diperkirakan bisa membeli jualan mereka.
Selama masa pendidikan di SD, seminari hingga perguruan tinggi tidak ada hambatan. Semua berjalan baik dengan nilai yang memuaskan.
Pernah bercita-cita sebagai imam OFM, namun Tuhan berkehendak lain. Kini bertugas sebagai duta besar untuk tiga negara. Bekerja sebagai diplomat membuatnya harus mengunjungi puluhan negara. Ia menguasai beberapa bahasa asing baik lisan maupun tulisan.
Meski demikian, sosoknya tetap sederhana. Tetapi menampilkan jati diri sebagai anak keluarga sederhana. Meski sudah melanglang buana di beberapa negara, namun rumah di Hombel tetap ia cintai. Tempat dimana dia memulai perjalanan hidup di buana raya ini. Selamat bertugas neka hemong pedhe dise ame, mbate lerong dise empo. (lyn)
____________________________________________________________________
Data diri
Nama : Yoseph Bertije Fernandez
Ayah : Lukas Fernandes
Mama Kristina Nimat
SDK St. Michael Kumba tamat 1968
SMP/SMA Seminari Kisola tamat 1976
Menjadi Frater OFM 1976-1977.
Fisipol UGM 1982
Istri: Sisilia Janggur
Anak-anak
1. Rody Fernandez
2. Andre dan jack (kembar)
3. Rebeca Fernandez
Tahun 1983 menjadi calon diplomat Deplu Sekjen Politik.
1984-1985 Mengikuti pendidikan dasar diplomat.
1985 Memulai karir diplomat dengan pangkat atase di Roma.
1990 Kembali ke Deplu bekerja sebagai staf di Direktorat
Jendral Politik untuk Direktorat Eropa Selatan untuk Negara Swiss, Italia, Spanyol Yunani dan Portugal.
1993 Menjadi kepala bidang politik di KBRI Kolumbia.
1999-2000 Diangkat menjadi Direktorat Amerika.
2000-2004 Ditempatkan sebagai Kepala Bidang Politik di KBRI Meksiko. Pada saat itu menerima tugas persiapan kunjungan
kepala negara untuk mengikuti KTT Opec di Los Cabes- Meksiko.
2004- 2005 mengikuti pendidikan. Selesai pendidikan menangani subdirektorat Amerika.
2005-2009 Menangani masalah Papua.
1. Rody Fernandez
2. Andre dan jack (kembar)
3. Rebeca Fernandez
Tahun 1983 menjadi calon diplomat Deplu Sekjen Politik.
1984-1985 Mengikuti pendidikan dasar diplomat.
1985 Memulai karir diplomat dengan pangkat atase di Roma.
1990 Kembali ke Deplu bekerja sebagai staf di Direktorat
Jendral Politik untuk Direktorat Eropa Selatan untuk Negara Swiss, Italia, Spanyol Yunani dan Portugal.
1993 Menjadi kepala bidang politik di KBRI Kolumbia.
1999-2000 Diangkat menjadi Direktorat Amerika.
2000-2004 Ditempatkan sebagai Kepala Bidang Politik di KBRI Meksiko. Pada saat itu menerima tugas persiapan kunjungan
kepala negara untuk mengikuti KTT Opec di Los Cabes- Meksiko.
2004- 2005 mengikuti pendidikan. Selesai pendidikan menangani subdirektorat Amerika.
2005-2009 Menangani masalah Papua.
20 Januari 2010 diangkat menjadi dubes untuk Negara Equador, Bolivia dan Peru.
Sumber: http://kupang.tribunnews.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar