Sabtu, 12 Februari 2011

LANGKAH-LANGKAH KECIL YANG MENGUBAH DUNIA

Inilah kisah di sebuah masa ketika angin kebebasan dan demokrasi berhembus kencang di timur, ketika dunia menjadi desa kecil dimana siapa saja bisa saling bercakap tanpa harus terbebani gunung lembah atau benua dan samudera.

Konon sebelum masa itu, seseorang yang lahir dari rahim sebuah himpunan berkata, “ izinkan saya kembali untuk memulai, ingin sekali saya menata hidup, menata dunia ini dari kampung” 

Dia, seseorang yang terkenal piawai dan anggun itu sekonyong terkejut, ucapannya dianggap sebagai angin yang berlalu. Tak heranlah kita, inilah zaman ketika seluruh mereka, generasi masa itu sangatlah terlelap dalam sangkaan ini, "hanyalah kota arena yang layak bagi masa depan yang gilang gemilang, hanya jalan politiklah satu-satunya ruang bagi kaum yang terbiasa berunjuk rasa di jalanan memperoleh berkat dan kelimpahan"

Dia, seseorang yang lahir dari himpunan itu sadar sungguh, putusannya tak keliru namun di dalam perjalanan waktu, ia kelelahan. Tibalah kembali ia menjumpai satu persatu kaum dalam himpunannya, mengurai kisah, meyakinkan kembali mereka bahwa jalan yang dipilih sudahlah benar,  “saya baru memulainya separuh, ini belumlah cukup. apakah mungkin ada orang dari kampung-kampung lain turut ikut? saya berharap seorang lagi menambahkan ini dan seterusnya”

Seperti biji kelapa yang terseret arus air pada sungai yang mengalir, di persinggahan selalu saja ada batu, seringkali dia terjerambab masuk merasai dalamnya arus yang berpusar. Demikianlah dia yang pergi itu, terus bertahan. Kini ia ada di ujung muara. Dan kelapa itu mulai bertunas.

Datanglah suatu masa, seseorang dari mereka, seorang lagi dan yang lainnya, memutuskan  pergi untuk memulai. Mirip ucapan sang pemula, “ izinkan saya kembali untuk memulai, ingin sekali saya menata hidup, menata dunia dari kampung” 

Kini setiap mereka bertunas lewat usaha ekonomi sosial kebudayaan yang kreatif, kecil menyebar. Langkah-langkah kecil pelan-pelan yang mengubah dunia. Salah seorang dari mereka lalu mengajak seorang demi seorang lainnya, “marilah kita jadikan kita yang tersebar ini seperti rantai, setiap sendi menjadi penting untuk sendi lainnya, serupa akar-akar kelapa yang selalu erat bertaut, setiap akar kukuh menggengam tanah”

Sesungguhnya, mereka inilah kaum yang meyakini tentang apa yang ada dalam diri setiap diri mereka; pengalaman-pengalaman kecil yang masing-masing mereka alami serta relasi yang terajut antara mereka adalah modal bagi mereka untuk melebarkan kemakmuran itu pada siapa saja dari kaum mana saja.

Inilah kekuatan mereka, inipulalah kekuatan kita sesungguhnya, bahwa kelak waktu, setiap kampung di timur nusa tenggara, akan bertumbuh dalam sebuah jejalin akar-akar kelapa yang selalu erat bertaut, setiap akar kukuh menggengam tanah, saling terhubung, saling berbagi, saling membantu, saling membebaskan dan selamanya. dari rumah wirausaha sosial, salam (f) selalu 

Faris Valeryan Wangge, Pendiri FAY Entrepreneur School

Tidak ada komentar:

Posting Komentar